PROGAM
TAHUNAN (PROTA)
Progam Tahunan (PROTA)
adalah penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (standar
kompetensi dan kompetensi dasar) yang telah ditetapkan.
Prota
merupakan progam umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang
garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun.
Penetapan
alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum
seluruhnya dapat dicapai oleh siswas.
Penentuan
alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa. Prota dikembangkan oleh
guru maata pelajaran yang bersangkutan. Prota dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai
Dalam
menyusun Prota, komponen yang harus ada:
1. Identitas
:
a. Mata
Pelajaran
b. Kelas
c. Tahun
Pelajaran
2. Format
Isian :
a. Semester
b. Standar
Kompetensi
c. Kompetensi
Dasar
d. Materi
Pokok
e. Alokasi
Waktu
Format
Prota
Satuan
Pendidikan :
Mata
Pelajaran :
Kelas :
Tahun
Pelajaran :
Semester
|
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
Pokok
|
Alokasi
Waktu
|
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru
Kelas...
NIP. NIP.
PROGAM
SEMESTER (PROMES)
Progam Semester
(PROMES) adalah progam yang berisikan
garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam
semester tersebut.
Promes
merupakan penjabaran dari progam tahunan
Promes
berisi:
1. Identitas
:
a. Satuan
Pendidikan
b. Mata
Pelajaran
c. Kelas/
Semester
d. Tahun
Pelajaran
2. Format
Isian :
a. Standar
Kompetensi
b. Kompetensi
Dasar
c. Indikator
d. Jumlah
Jam Pelajaran
e. Bulan
Format
Promes
Satuan
Pendidikan :
Mata
Pelajaran :
Kelas/
Semester :
Tahun
Pelajaran :
Standar
Kompetensi
|
Kompetensi
Dasar
|
Materi
Pokok
|
Indikator
|
Jumlah
Jam Pelajaran
|
Bulan
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||||
Mengetahui,
Kepala
Sekolah Guru
Kelas...
NIP.
NIP.
KALENDER
PENDIDIKAN (KALDIK)
Kalender Pendidikan
(KALDIK) adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran peserta didik selama sat tahun ajaran. Kalender pendidikan
mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, dan hari libur.
Minggu
efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
pelajaran.
Kurikulum
satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang diselenggarakan dengan
mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun ajaran. Kalender pendidikan
adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik selama satu
tahun ajaran. Kalender pendidikan mencakup permulaan tahun ajaran, minggu
efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari libur.
Permulaan
tahun pelajaran adalah waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Minggu
efektif belajar adalah jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.
Waktu
pembelajaran efektif adalah jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi
jumlah jam pembelajaran untuk seluruh matapelajaran termasuk muatan lokal,
ditambah jumlah jam untuk kegiatan pengembangan diri.
Waktu libur
adalah waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajara terjadwal
pada satuan pendidikan yang dimaksud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antar semester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur
keagamaan, hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional, dan hari libur
khusus.
Alokasi
waktu minggu efektif belajar, waktu libur dan kegiatan lainnya tertera pada
Tabel 26.
Tabel 26.
Alokasi Waktu pada Kelender Pendidikan
No.
|
Kegiatan
|
Alokasi
waktu
|
keterangan
|
1
|
Minggu
efektif belajar
|
Minimum 34
minggu, maksimum 38 minggu
|
Digunakan
untuk pembelajaran efektif pada setiap tahun pendidikan
|
2
|
Jeda
tengah semester
|
Maksimum 2
minggu
|
Satu
minggu setiap semester
|
3
|
Jeda
antarsemester
|
Maksimum 2
minggu
|
Antara
semester I dan II
|
4
|
Libur
akhir tahun
Pelajaran
|
Maksimum 3
minggu
|
Digunakan
untuk penyiapan kegiatan
dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
|
5
|
Hari libur
keagamaan
|
2 – 4
minggu
|
Daerah
khusus yang memerlukan libur
keagamaan
lebih panjang dapat
mengaturnya
sendiri tanpa mengurangi
jumlah
minggu efektif belajar dan
waktu
pembelajaran efektif
|
6
|
Hari libur
umum/nasional
|
Maksimum 2
minggu
|
Disesuaikan
dengan Peraturan Pemerintah
|
7
|
Hari libur
khusus
|
Maksimum 1
minggu
|
Untuk
satuan pendidikan sesuai dengan
ciri
kekhususan masing-masing
|
8
|
Kegiatan
khusus
sekolah/madrasah
|
Maksimum 3
minggu
|
Digunakan
untuk kegiatan yang
diprogramkan
secara khusus oleh
sekolah/madrasah
tanpa mengurangi
jumlah
minggu efektif belajar dan
waktu
pembelajaran efektif
|
Cara-cara
Penetapan Kalender Akademik
Cara
penetapan Kalender Akademik adalah sebagai berikut:
a.
Permulaan tahun pelajaran adalah
bulan Juli setiap tahun dan berakhir pada bulan Juni tahun berikutnya.
b.
Hari libur sekolah ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional, dan/atau Menteri Agama dalam
hal yang terkait dengan hari raya keagamaan, Kepala Daerah tingkat
Kabupaten/Kota, dan/atau organisasi penyelenggara pendidikan dapat menetapkan
hari libur khusus.
c.
Pemerintah
Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat menetapkan hari libur serentak untuk
satuan-satuan pendidikan.
d.
Kalender pendidikan untuk setiap
satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan pendidikan berdasarkan
alokasi waktu sebagaimana tersebut pada dokumen Standar Isi ini dengan
memperhatikan ketentuan dari pemerintah/pemerintah daerah
Contoh
Kalender Pendidikan:
KETERANGAN
: KALENDER SD/MI
|
||
1
|
16 s.d.
18 Juli 2012
|
Hari-hari
pertama masuk sekolah
|
2
|
21,22 Juli
dan 11 s.d18 Agustus 2012
|
Hari libur
Ramadhan (sebelum dan awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan)
|
3
|
17
Agustus 2012
|
HUT
Kemerdekaan Republik Indonesia
|
4
|
19 dan 20
Agustus 2012
|
Hari Besar
Idul Fitri 1432 H
|
5
|
21 s.d.
27 Agustus 2012
|
Hari libur
Idul Fitri 1433 H Tahun 2012
|
6
|
26
Oktober 2012
|
Hari Besar
Idul Adha 1433 H
|
7
|
15 November
2012
|
Tahun Baru
Hijjriyah 1434 H
|
8
|
24
November 2012
|
Peringatan
Hari Guru
|
9
|
1 s.d. 8
Desember 2012
|
Ulangan Akhir
Semester
|
10
|
22
Desember 2012
|
Penerimaan
raport
|
11
|
24 Des 2012
s.d. 5 Jan 2013
|
Libur
Semester Gasal
|
12
|
25
Desember 2012
|
Hari
Natal 2012
|
13
|
24 Januari
2013
|
Tahun baru
Imlek 2564
|
14
|
12 Maret 2013
|
Hari Raya
Nyepi Tahun Baru Saka 1935
|
15
|
29 Maret 2013
|
Wafat Yesus
Kristus
|
16
|
9 Mei 2013
|
Kenaikan
Yesus Kristus
|
17
|
25 Mei 2013
|
Hari raya
Waisak 2557
|
18
|
6 Juni 2013
|
Isra' Mi'raj
Nabi Muhammad SAW
|
19
|
22 s.d. 26
April 2013
|
Ujian Sekolah
|
20
|
2 Mei 2012
|
Hari
Pendidikan Nasional tahun 2012
|
21
|
13 s.d. 15
Mei 2013
|
UN SD (Utama)
|
22
|
20 s.d.
22 Mei 2013
|
UN SD
(Susulan)
|
23
|
10 s.d. 15
Juni 2013
|
Ulangan
Kenaikan Kelas
|
24
|
Pembagian Laporan
Hasil Belajar (Kenaikan Kelas)
|
29 Juni
2013
|
25
|
1 s.d.
13 Juli 2013
|
Libur
Kenaikan kelas
|
26
|
10 -21 Des,
17 -28 Jun 2013
|
Hari Kegiatan
sekolah
|
27
|
21,22,23
Maret 2013
|
Latihan Ujian
Tahap I
|
28
|
15,16,17
April 2013
|
Latihan Ujian
Tahap II
|
KATA KERJA OPERASIONAL
Kata kerja Operasional untuk pengembangan Indikator
Silabus dan RPP berdasarkan taksonomi
Bloom dibagi dalam beberapa pencapaian kompetensi dasar, KD yang
ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Taksonomi Bloom pertama kali disusun oleh Benjamin
S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke
dalam pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan
pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
a.
Cognitive Domain (Ranah
Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir.
b.
Affective Domain (Ranah
Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi,
seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
c.
Psychomotor Domain (Ranah
Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik
seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dalam mengembangkan indikator perlu
mempertimbangkan tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam Kompetensi Dasar; Karakteristik mata pelajaran, peserta didik,
dan sekolah; Potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/
daerah. Daftar kata kerja operasional dengan tiga ranah yang biasa dipergunakan
untuk menyusun indikator.
A. Ranah Kognitif
Indikator kognitif proses merupakan perilaku
(behavior) siswa yang diharapkan muncul setelah melakukan serangkaian kegiatan
untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Perilaku ini sejalan dengan
keterampilan proses sains, tetapi yang karakteristiknya untuk mengembangkan
kemampuan berfikir siswa. Indikator kognitif produk berkaitan dengan
perilaku siswa yang diharapkan tumbuh untuk mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan. Indikator kognitif produk disusun dengan menggunakan kata kerja
operasional (terlampir) aspek kognitif. Obyek dari indicator adalah produk IPA
misalnya konsep, hukum, kaidah dll.
Ø Pengetahuan
(C1) :
Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan, Menggambar,
Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar, Menunjukkan, Memberi label, Memberi
indeks, Memasangkan, Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru,
Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih, Menyatakan, Mempelajari,
Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri, Menulis
Ø Pemahaman
(C2) :
Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan,
Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan, Menghitung,
Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan, Menguraikan, Menjalin, Membedakan,
Mendiskusikan, Menggali, Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan,
Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum, Menjabarkan
Ø Penerapan
(C3) :
Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan, Menyesuaikan,
Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi, Menghitung, Membangun ,
Membiasakan, Mencegah, Menentukan, Menggambarkan, Menggunakan, Menilai,
Melatih, Menggali, Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan,
Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan, Memproduksi, Memproses,
Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan, Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi,
Memproses, Meramalkan
Ø Analisis
(C4) :
Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan,
Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan, Mendiagramkan,
Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji, Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan,
Menyimpulkan, Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit,
Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer
Ø Sintesis
(C5) :
Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi, Mengumpulkan,
Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan, Menyusun, Mengarang, Membangun,
Menanggulangi, Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi,
Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas, Memfasilitasi, Membentuk,
Merumuskan, Menggeneralisasi, Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi,
Menampilkan, Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi
Ø Penerapan
(C6) :
Membandingkan, Menyimpulkan,
Menilai, Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan,
Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan, Mempertahankan, Memerinci,
Mengukur, Merangkum, Membuktikan, Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih,
Memproyeksikan
B.
Ranah Afektif
Indikator afektif merupakan
sikap yang diharapkan saat dan setelah siswa melakukan serangkaian kegiatan
pembelajaran. Dalam pembelajaran IPA, indicator afektif berkaitan dengan salah
satu hakekat IPA yaitu sikap ilmiah. Oleh karena itu, indicator afektif disusun
dengan menggunakan kata kerja operasional dengan objek sikap ilmiah. Beberapa
contoh sikap ilmiah adalah: berlaku jujur, peduli, tanggungjawab dll. Selain
itu, indicator Afektif juga perlu memunculkan keterampilan social misalnya:
bertanya, menyumbang ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang baik,
berkomunikasi dll.
Ø Menerima :
Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi,
Menganut, Mematuhi, Meminati
Ø Menanggapi
:
Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika,
Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan, Melaporkan, Memilih,
Mengatakan, Memilah, Menolak
Ø Menilai
:
Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan,
Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang, Menggabungkan, Mengusulkan,
Menekankan, Menyumbang.
Ø Mengelola
:
Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan,
Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk pendapat, Memadukan,
Mengelola, Menegosiasi, Merembuk
Ø Menghayati
:
Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi,
Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan, Membuktikan, Memecahkan.
C.
Ranah Psikomotor
Indikator psikomotorik merupakan perilaku (behavior)
siswa yang diharapkan tampak setelah siswa mengikuti pembelajaran untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. Selama proses pembelajaran IPA,
diperlukan kegiatan yang berkaitan dengan percobaan, penemuan atau pembuktian
konsep. Kegiatan ini melibatkan aktivitas fisik, misalnya merangkai, mengukur,
membuat, dll.
v Menirukan
(P1):
Mengaktifkan, Menyesuaikan,
Menggabungkan, Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil,
Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan, Mengonstruksi
v Memanipulasi
(P2):
Mengoreksi, Mendemonstrasikan,
Merancang, Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi,
Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur
v Pengalamiahan
(P3):
Mengalihkan, Menggantikan, Memutar,
Mengirim, Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur,
Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus
v Artikulasi
(P4):
Mengalihkan, Mempertajam,
Membentuk, Memadankan, Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel,
Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang Contoh penggunaan Kata Kerja Operasional
dalam pengembangan silabus RPP Dalam menyusun indikator, yang perlu bapak ibu
petakan adalah konsep berpikir siswa dari yang mudah ke sukar, teori ke
praktik, dan seterusnya. Yang terpenting adalah Bapak ibu dalam menyusun kata
kerja operasional harus runut dan berjenjang seperti contoh yang saya sebutkan
diatas.
ASESMEN KINERJA
DAN ASESMEN PORTOFOLIO
A.
ASESMEN
KINERJA
ü Pengantar
Suatu asesmen yang melibatkan siswa
di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya
asesmen kinerja, observasi dan pertanyaan, presentasi dan diskusi, proyek dan
investigasi, serta portofolio dan jurnal. Asesmen kinerja bertujuan untuk mengases
unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Portofolio
merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan
kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus melibatkan
partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan
bukti refleksi diri. Kumpulan contoh pekerjaan siswa ini akan menggambarkan
kemajuan dan pencapaian siswa dalam suatu bidang tertentu.
ü Uraian
Pengertian
Asesmen dalam pembelajaran adalah suatu proses atau upaya formal pengumpulan
informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel penting pembelajaran sebagai
bahan dalam pengambilan keputusan oleh guru-guru untuk memperbaiki proses dan
hasil belajar siswa (Herman et al,
1992:95: Po-pham, 1995:3). Variabel-variabel penting yang dimaksud
sekurang-kurangnya meliputi pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap
siswa dalam pembelajaran yang diperoleh guru dengan metode dan prosedur baik
formal maupun informal, sebagaimana dikemukakan oleh Corner (1991:2-3). Tujuan utama penggunaan asesmen dalam pembelajaran (classroom assessment)
adalah membantu guru dan siswa dalam mengambil keputusan propesional untuk
memperbaiki pembelajaran.
Menurut Popham (1995:4-13) asesmen bertujuan untuk
antara lain untuk :
a.
mendiagnosa kelebihan
dan kelemahan siswa dalam belajar,
b.
memonitor kemanjuan
siswa,
c.
menentukan jenjang
kemampuan siswa,
d.
menentukan efektivitas
pembelajaran,
e.
mempengaruhi persepsi
publik tentang efektivitas pembelajaran,
f.
mengevaluasi kinerja
guru kelas,
g.
mengklarifikasi tujuan
pembelajaran yang dirancang guru
Setiap penggunaan
asesmen alternatif bentuk apapun dicirikan oleh hal-hal berikut:
a.
menuntut siswa untuk
merancang, membuat, menghasil-kan, mengunjukkan atau melakukan sesuatu,
b.
memberi peluang untuk
terjadinya berpikir kompleks dan/atau memecahkan masalah,
c.
menggunakan
kegiatan-kegiatan yang bermakna secara instruksional,
d.
menuntut penerapan yang
autentik pada dunia nyata,
e.
pensekoran lebih
di-dasarkan pada pertimbangan manusia yang terlatih daripada mengandalkan
mesin. Untuk memperoleh asesmen dengan standar tinggi, maka penggunaan asesmen
harus relevan dengan standar atau kebutuhan hasil belajar siswa, adil bagi
semua siswa, akurat dalam pengukuran, berguna, layak dan dapat dipercaya. (Herman,1997:198)
Agar penggunaan asesmen dalam kelas sesuai
dengan pembelajaran dan dapat meningkatkan pembelajaran tersebut Cottel (1991) menggagaskan 5 petujuk
bagi guru penggunaan asesmen dalam kelas.Kelima petunjuk tersebut adalah:
1.
senantiasa menganggap
bahwa pembelajaran terus berlangsung,
2.
selalu meminta siswa
untuk menunjukkan bukti-bukti bagaimana mereka belajar,
3.
memberi siswa umpan
balik tentang respon kelas serta rencana pengajar tentang respon tersebut,
4.
melakukan
penyesuaian-penyesuaian yang tepat untuk meningkatkan pembelajaran, dan
5.
menilai ulang bagaimana
penyesuaian-penyesuaian tersebut bekerja cukup baik.
Fungsi asesmen dalam
pembelajaran :
Asesmen merupakan bagian yang
terpenting dalam proses pembelajaran di bidang studi apapun. Asesmen hendaknya
dibedakan dalam pengukuran prestasi belajar (pengumplan imformasi tentang
prestasi murid-murid melalui tes dan lembar kerja) sedangkan asemen merupakan
konsep yang lebih luas yang mencakup penilaian profesionlal pendidik, perasaan
dan pengamatan, serta imformasi – imformasi lain yamg di kumpulkan dari
lingkungan belajar.
Fungsi asesmen:
a. Sebagai alat
untuk merencanakan, pedoman, mempekaya pembelajran IPA di kelas,
b. Sebagai alat
komumnikasi dengan murid – murid, administrator dan orang tua murid, tentang
pentingnya IPA,
c. Sebagai alat
untuk memonitor hasil belajar IPA dan perbaikan pembelajaran,
d. Sebagai alat
untuk memperbaiki kurikulum dan pengajaran IPA,
Peranan Asesmen
a.
Asesmen Diagnostik
Dilakukan dengan cara
1.
Tes tertulis dapat
digunakan dlam tes diagnostik. Tes semacam ini disebut (prates atau pretes)
2.
Tes lisan
Dari data yang di peroleh dari tes tersebut maka dapat membantu guru
mengidentifikasi minat, kelebihan dan kelemahan murid dalam bidang srudy IPA,
mambantu guru melihat apakah seorang murid memerlukan bantuan dalam belajar
atau tudak dan memberi informasi tentang perbedaan-perbedaan cara belajar
murid-murid.
Adapun minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:
Adapun minat dan motivasi siswa dapat ditingkatkan dengan cara:
a.
Mengajak siswa menjadi rekan yang
aktif dalam proses pembelajaran dan mulailah membiasakan sedikit demi sedikit
melepaskan mereka dari situasi dimana mereka hanya sebagai pendekar yang aktif.
b.
Mengajak siswa menetapkan tujuan
pembelajaran yang realistis bagi dirinya dan selalu menginformasikan kamajuan
mereka dalam pencapaian tujuan pembelajaran tersebut.
c.
Membimbing siswa agar menjadi
mandiri dalam belajar dan dilihat dimana atau bagaimana prestasi akademis pada
saat ini dan pada masa mendatang.
d.
Menunjukan bahwa kita benar-benar
peduli akan keberhasilan mereka.
Ada beberapa asesmen
dalam pembelajaran, yaitu:
a.
Asesmen formatif dalam pembelajaran
Asesmen formatif kadang-kadang diperlukan ditengah-tengah pembelajaran.
Bila guru mengalami konsep-konsep yang sukar, maka diadakan asesmen mendapatkan
data bagaimana caranya memodifikasi sebagian atau keseluruhan pembelajaran.
Asesmen ini juga dapat dilaksanakan bila siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan tugas.
Jenis tes yaitu berbentuk lisan. Tertulis, atau bentuk unjuk kinerja murid
terutama untuk penguasaan keterampilan proses IPA.
b.
Asesmen sumatif dalam pembelajaran
Asesmen ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai akhir untuk menjaring data seberapa banyak
dari bahan pelajaran yang dpat dipahami oleh siswa sebelum beralih kepokok
bahasan berikutnya, peranan asesmen ini erat hubungannya dengan tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajran yang jelas akan memudahkan perencanaan esesmen
Menurut Bloom, ada 6 tingkat intelegensia dalam
ranah kognitif, yaitu:
1.
Pengetahuan tentang fakta-fakta dan
prinsip-prisip
2.
Pemahaman (memahami fakta-fakta dan
ide-ide)
3.
Penerapan (menerapkan fakta dan ide
pada situasi baru)
4.
Analisa (memecahkan atau membagi
komsep dalam bagian-bagiannya kemudian melihat hubungannya satu sama lain)
5.
Sintesa (mengumpulkan fakta-fakta
dan ide-ide)
6.
Evaluasi
(menentukan nilai dari fakta-fakta dan ide-ide)
Dua tingkat intelegensi yang pertama yaitu pengetahuan
dan pemahaman dikategorikan golomgan pikir tingkat rendah, sedangkan keempat
tingkat intelegensi berikutnya dikategorikan dalam golongan berpikir tingkat
tinggi. Menurut hasil penelitian guru-guru hanya menuntut para siswa-siswanya
penguasaan berpikir tingkat rendah yaitu pengetahuan yang memerlukan hafalan
belaka. Aspek-aspek penerapan, analisa,
sintesa, dan evaluasi hampir selalu diabaikan.
a.
Asesmen dalam ranah Kognitif
Cara-cara
pelaksana asesmen dalam ranah kognitif
a.
Mempergunakan tes tertulis atau tes
pensil dan kertas.
b.
Mempergunakan observasi guru atas
kinerja siswa.
c.
Mempergunakan tes gambar-gambar yang
dibubuhi sedikit tulisan atau kata-kata
d.
Mempergunakan jurnal siswa-siswi.
e.
Mempergunakan peta konsep dan yang
penting tidak umum dilakukan tetapi ada baiknya dicoba adalah portofolio.
b.
Asesmen untuk kategori berpikir
Tingkat Tinggi
Yang
termasuk kategori tingkat tinggi menurut Bloom
adalah aspek-aspek penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Dalam aspek
penerapan, murid mempergunakan ilmu pengetahuan yang sudah dimilikinya untuk
diterapkan dalam situasi batu yang berbeda dengan situasi yang dikenalnya. Pada
dasarnya kita meminta atau memeriksa apakah murid-murid benar memahami suatu
konsep sehingga dapat menerapkan dalam konteks yang lain.
Contoh:
Kamu sudah
mempelajari bahwa antara makhluk hidup ada saling ketergantungan.
Terapkanlah
pengetahuanmu pada situasi ini:
1.
Pernyataan berikut ini adalah salah
“ menebak burung-burung kecil adalah suatu cara untuk olahraga yang menyenangkan”.
2.
Bagaimana yang benar?
3.
Apa yang kamu lakukan bila ada
orang-orang yang menembaki burung-burung dihalamanmu?
Asesmen keterampilan menganalisa
melibatkan pemecahan ide atau pemenggalan ide, kemudian siswa ditanya apakah
mereka memahami hubungan antara pengalaman. Gambar-gambar kartun, grafik,
gambar-gambar tanpa kita dapat dipakai untuk menjadi keterampilan menganalisa.
c.
Asesmen dalam ranah
Afektif
Ranah kognitif meliputi
pengetahuan-pengetahuan dan pemahaman secara intelektual. Menurut Bloom ranah
afektif mencakup perasaan, emosi, minat, sikap, nilai, dam apresiasi. Hal ini
erat hubunganya dengan perasaan murid terhadap palajarn IPA dan bagaimana
perasaan ini mempengaruhi prestasi belajar siswa. Cara lain
untuk mengetahui parasaan murid adalah dengan menggunakan daftar pilihan.
Contoh
Berikan
tanda X diantara kata yang berlawanan dibawah ini:
IPA
Ø
Menyenangkan........................................... membosankan
Ø
Baik............................................................ Buruk
Ø
Berguna...................................................... Tidak berguna
Ø
Mudah........................................................ Sulit
Ø
Rumit.......................................................... Sederhana
Ø
Diperlukan.................................................. Tidak diperlukan
d.
Asesmen dalam ranah Psikomotor
Ranah
Psikomotor lebih menekankan keterampilam-keterampilan motorik atau keterampilan
menangani benda-benda atau alat-alat pada waktu melakukan kegiatan percobaan
IPA. Untuk ranah psikomotor kita dapat membuat bagan untuk mengklasifikasi
tujuan pembelajaran.
e.
Beberapa Teknik Asesmen Praktis
Asesmen
praktis dapat dipakai untuk menilai keterampilan psikomotor siswa, kemampuan
dan keterampilan dalam memecahkan masalah, serta mengakses tentang perasaan mereka
mengenai gejala yang mereka amati/selidiki dalam percobaan. Jawaban siswa boleh
lisan maupun tulisan.
Kelemahan
dari asesmen praktis yaitu:
1.
Perlu alat-alat atau bahan-bahan
untuk diotak-ataik,
2.
Perlu tempat khusus untuk
pelaksanaan,
3.
Persiapan dan pembersihan sesudah
pelaksanaan asesmen,
4.
Waktu yang diperlukan untuk
pelaksanaan relatif lama,
5.
Hanya sedikit dari meteri
pembelajaran yang dapat dites.
Asesmen Kinerja yaitu penilaian terhadap proses
perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses pembelajaran
yang menunjukan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen kinerja pada
prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan untuk
menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja. proses, kegiatan, atau unjuk
kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya. Penilaian
unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai terhadap
aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap kemampuan
siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan selama siswa
merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.
Asesmen ini melibatkan aktivitas siswa yang
membutuhkan unjuk keterampilan tertentu dan/atau penciptaan hasil yang telah
ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada guru
untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak dapat
dijabarkan dalam tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja
memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan
tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta
menilai (judge) tingkat penguasaan/kecakapan yang dicapai siswa.
Asesmen kinerja tidak hanya bergantung pada jawaban
benar atau salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen bentuk essay, observasi
yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan pertimbangan-pertimbangan
subyektif berkenaan dengan level prestasi yang dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan
pada perbandingan kinerja siswa dalam mencapai standar excellent (keunggulan,
prestasi) yang telah dicapai sebelumnya. Sebagaimana tes essay, pertimbangan
guru digunakan sebagai dasar penempatan kinerja siswa pada suatu
kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan prestasi yang terentang mulai dari
tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan yang sangat tinggi.
Hal-hal yang harus kita pahami tentang asesmen
kinerja adalah kita mendesain dan mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan
kelak di kelas kita sendiri. Metodologi asesman kinerja bukanlan suatu obat
yang mujarab, bukan penyelamat guru, dan juga bukan merupakan suatu kunci untuk
menilai kurikulum yang sebenarnya. Asesmen ini semata-mata merupakan alat yang
memberikan cara-cara yang efisien dan efektif untuk menilai beberapa (bukan
keseluruhan) hasil-hasil dari proses pendidikan yang dipandang berguna.
Berdasarkan
cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi :
1. Asesmen
Kinerja klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secara keseluruhan
dalam satu kelas keseluruhan.
2. Asesmen
Kinerja kelompok untuk mengases kinerja siswa secara berkelompok.
3. Asesmen
Kinerja individu untuk mengases kinerja siswa secara individu.
Pada pelaksanaannya, guru dapat mengatur secara
fleksibel kinerja-kinerja yang akan diases dalam kurun waktu tertentu. Misalnya
dalam dua semester guru merencakan untuk mengases keterampilan setiap siswa
dalam membuat larutan. Guru merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali
kegiatan yang menuntut siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa ke
dalam empat kelompok siswa yang akan di ases Siswa kelompok pertama akan diases
pada kegiatan pembuatan larutan pertama,, kelompok berikutnya diases pada
pembuatan larutan yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan
yang sama untuk dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Asesmen kinerja
yang digunakan oleh guru tersebut adalah asesmen kinerja individu.
Untuk merealisasikan asesmen
kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan asesmen kinerja yang meliputi
tiga fase penting, yaitu :
a. Fase
1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang ingin dinilai. Misalnya kemampuan
menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi: membawa mikroskop dengan benar,
menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu, mengatur
pencahayaan, memasang preparat, dan memfokuskan bayangan benda.
b. Fase
2 : mendesain latihan-latihan kinerja. Setelah kinerja yang akan dinilai
ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan
aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai
kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum
dengan menggunakan mikroskop.
c. Fase
3 : melakukan penskoran dan perekaman/pencatatan hasil.
Tujuan dan peran
asesmen kinerja menurut popham tujuan
asesmen kinerja adalah:
a. Mendiagnosa
lekebihan dan kelemahan siswa dalam belajar.
b. Memonitor
kemajuan atau perkembangan siswa, menentukan level atau jenjang kemampuan
siswa, mempengaruhi persepsi public tentang efektifitas pembelajaran.
c. Mengevaluasi
kinerja guru dan mengklasifikasi tujuan pembelajaran yang dirumuskan oleh guru.
Assesman kinerja bersifat lugas (fleksibilitas)
dalam pengembangan bagianbagiannya, tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan
yaitu ketika meninjau faktor-faktor konteks dalam rangka pengambilan keputusan
tentang kapan mengadopsi metode-metode assesman kinerja. Pada dasarnya
faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam proses seleksi assesman sesuai
dengan sasaran prestasi untuk siswa dan juga dengan metodologi assesman
kinerja.
Dalam klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih
dari suatu rentangan sasaran prestasi yang mungkin, dan asesmen kinerja dapat
difokuskan pada sasaran-sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain:
merumuskan jenis kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai
dan menetapkan kriteria kinerja.
Kegiatan dalam komponen pengembangan latihan harus
dipikirkan hal-hal yang menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang
dapat merefleksikan tingkat penguasaan/kecakapan/prestasi yang dicapai. Karena
itu, dalam hal ini harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan
yang dibutuhkan, dan petunjuk-petunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan
latihan tersebut.
Dalam hal penskoran, penilaian sebaiknya dilakukan
oleh lebih dari satu orang agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil
penilaian lebih akurat. Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar cek (ya - tidak) atau skala rentang (sangat baik -baik -
agak baik- tidak baik).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar
cek, siswa mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya
benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah
tidak ada. Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena
pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
Berikut ini adalah contoh asesmen kinerja dalam
menggunakan mikroskop dengan teknik penilai daftar ceklis:
NO
|
Aspek
Penilaian
|
YA
|
TIDAK
|
1
|
Membawa
mikroskop dengan benar
|
||
2
|
Menggunakan
lensa dengan pembesaran kecil terlebih dahulu
|
||
3
|
Mengatur
pencahayaan
|
||
4
|
Memasang
preparat
|
||
5
|
Memfokuskan
bayangan benda
|
Tes
Formatif
1. Seorang
guru SD akan membelajarkan topik tentang “Gaya” di kelas VI dengan menggunakan
metode praktikum. Untuk itu beliau membawa bambu, paku, penggaris, dan tiga
buah beban dari kayu dengan ukuran yang berbeda. Guru tersebut kemudian
mengajak siswa membuat model jungkit-jungkit. Asesmen apakah yang harus
dipersiapkan guru untuk menilai kemampuan siswa merancang model jungkitjungkit?
a. Asesmen respons terseleksi (Selected response
assesment).
b. Asesmen bentuk essay (Essay Assesment).
c. Asesmen kinerja.
d. Asesmen portofolio.
2.
Untuk soal no 6 dan 7 Perhatikan contoh asesmen di bawah ini No.
NO
|
Kegiatan
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Memberi
label pada gelas plastik (A, B, C, D)
|
|||
2
|
Memasukkan
jenis ikan atau organisme lain pada tiap gelas sesuai dengan yang dituntut di
LKS
|
|||
3
|
Membedakan
organisme yang ada pada tiap gelas plastik
|
|||
4
|
Kebersihan
(memasukan air tanpa berceceran)
|
|||
5
|
Kerjasama
antar siswa
|
Asesmen tersebut mengukur kemampuan
siswa dalam hal…
a. sikap siswa ketika praktikum
b.
kinerja siswa dalam praktikum
c.
pemahaman konsep siswa ketika praktikum
d.
hasil karya siswa setelah praktikum
3. Menurut Anda, bagimana pembelajaran yang harus
dipersiapkan guru agar aspek dalam
asesmen di atas dapat ditampilkan oleh siswa....
a.
demonstrasi
b.
diskusi
c.
praktikum
d.
presentasi siswa
4. Seorang guru akan mengajarkan tentang hubungan
antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan
lingkungan hidupnya di kelas VI SD melalui pendekatan lingkungan. Pada akhir
kegiatan dilakukan diskusi kelas dengan meminta kelompok mempresentasikan hasil
kegiatannya. Pada saat kelompok presentasi, aspek kinerja yang dapat diukur
oleh guru adalah...
a. Mengemukaakan pendapat, mengobservasi dengan
berbagi indera dan mencatat hasil pengamatan.
b. Mengemukaakan pendapat, dan
mencatat hasil pengamatan.
c. Kerjasama antar siswa men, mengobservasi dengan
berbagi indera dan membuat bagan hasil pengamatan.
d. Mengemukakan pendapat,
berkomunikasi lisan dan kerjasama antar siswa.
5.
Manakah alasan yang TIDAK tepat mengenai penggunaan bentuk/teknik assesmen yang
bervariasi dalam penilaian ?
a.
Agar potensi siswa dapat diungkap sebanyak mungkin
b.
Agar informasinya dapat tepat dan lebih akurat
c.
Agar hasilnya dapat digabung dan digunakan
d.
Agar prosesnya dapat dilakukan banyak pihak
6.
Apakah kekhasan dari tes untuk mengukur kinerja ?
a.
Perlu ada tugas yang harus dikerjakan
b.
Perlu ada pertanyaan yang harus dijawab
c.
Perlu ada instruksi yang harus direspon
d.
Perlu ada kegiatan yang harus ditampilkan
7. Apabila guru akan menilai kinerja siswa dalam hal
membawa peralatan untuk percobaan yang digunakan, maka teknik asesmen dan
penskoran yang paling sesuai adalah....
a.
Asesmen kinerja dengan skala rentang
b.
Asesmen kinerja dengan daftar ceklist
c.
Asesmen fortofolio dengan daftar ceklis
d.
Asesmen portofolio dengan skala rentang
8. Seorang guru akan menilai aktivitas siswa dalam
berkomunikasi dan kerjasama. Maka strategi pengajaran yang harus dipersiapkan
guru adalah:
a.
demonstrasi dan diskusi kelas
b.
diskusi dan penugasan
c.
kooperatif learning dan diskusi
d.
kooperatif dan demostrasi
9.
Perbedaan utama asesmen kinerja dengan tes adalah
a.
dibutuhkan unjuk keterampilan
b.
dibutuhkan jawaban tertulis
c.
diperlukan waktu tambahan di luar jam pelajaran
d.
diperlukan banyak pengamat
10.
hal-hal berikut ini yang harus diperhatikan dalam menyediakan latihan-latihan
kinerja siswa kecuali....
a.
Jenis latihan yang dibutuhkan
b.
Banyaknya latihan yang dibutuhkan
c.
Petunjuk-petunjuk aktual bagi siswa untuk melakukan latihan tersebut.
d.
Banyaknya soal latihan yang dibutuhkan
Umpan Balik dan
Tindak Lanjut
Cocokkanlah
jawaban anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang ada di bagian belakang BBM
ini. Hitunglah jumlah jawaban anda yang benar dan selanjutnya gunakanlah rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan
Belajar 1.
Rumus:
Jumlah
jawaban benar
Tingkat
penguasaan = Jumlah jawaban anda yang benar x 100%
10
Arti
tingkat penguasaan yang anda capai:
90%
- 100% = baik sekali
80%
- 89% = baik
70%
- 79% = sedang
-
69% = kurang
Apabila
anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, anda dapat melanjutkan ke
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Apabila tingkat penguasaan anda ternyata masih di
bawah 80%, anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian-bagian
yang belum anda kuasai.
B.
ASESMEN
PORTOFOLIO
ü Pengantar
Salah satu prinsip penilaian adalah
bersifat menyeluruh artinya menyangkut semua aspek kepribadian siswa yakni
aspek produk dan proses belajar. Penilaian untuk memperoleh informasi tentang
sejauh mana hasil belajar siswa atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) siswa dapat dijaring melalui berbagai asesmen. Asesmen portofolio
merupakan asesmen otentik yang menggambarkan kemajuan belajar siswa dengan
bukti-bukti yang diseleksi bersama oleh siswa dan guru.
ü Uraian
Bukti-bukti yang dikumpulkan dalam
portofolio merupakan hasil seleksi bersama antara siswa dan guru yang dianggap
karya terbaik dan berarti bagi siswa. kumpulan karya siswa yang akan
dikumpulkan sebagai dokumen portofolio terlebih dahulu direviu oleh guru,
sehingga bersama guru siswa dapat menentukan bukti-bukti nyata yang
menggambarkan perkembangan dirinya Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar
bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa,
orang tua serta pihak lain yang berkepentingan.
Portofolio sebagai asesmen otentik
dapat digunakan untuk berbagai keperluan, yaitu: 1) mendokumentasikan kemajuan
siswa selama kurun waktu tertentu, 2) mengetahui bagian-bagian yang perlu
diperbaiki, 3) membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar, 4)
mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar.
Keuntungan penerapan portofolio
sebagai asesmen otentik antara lain sebagai berikut:
1) kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan
jelas, misalnya serangakian kumpulan jurnal dan laporan percobaan siswa dalam
kurun waktu tertentu dapat memberikan gambaran mengenai kemajuan siswa dalam
membuat laporan.
2) menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa
dapat serta memberikan pengaruh positif dalam belajar. Seleksi hasil karya
terbaik siswa melibatkan siswa sehingga siswa merasa dihargai,
3) membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu
memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan pekerjaan
orang lain,
4) siswa dilatih untuk menentukan
pilihan karya terbaik,
5) memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai
dengan perbedaan individu,
6) dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang
kemajuan belajar siswa kepada siswa itu sendiri, orang tua dan pihak lain yang
terkait.
Penerapan asesmen
portofolio
Portofolio haruslah menjadi bagaian yang tidak
terpisahkan dari pembelajran. Menurut gronlund
(2003) pertimbangan utama dalam perencanaan pengembangan portofolio adalah
tujuan portofolio, jenis-jenis bukti yang dmasukkan, petunjuk untuk menyeleksi
dan mengevalusi isi, merawat dan menggunakan portofolio, serta mengevalusi
portofolio.
Dalam mengevaluasi kinerja siswa secara keseluruhan
yang tercermin dalam portofolio, dapat disusun kriteria umum untuk mengevaluasi
struktur portofolio, tingkat kemajuan siswa, serta rubrik skor keseluruhan.
Secara lebih operasional cooper (dalam
sweet-Guy &Buzzetto-More, 2006)
mengidentifikasi enam langkah apabila hendak melakukan asesmen portofolio:
mengidentifikasi ruang lingkup keterampilan, mendesain hasil belajar yang dapat
dikur, mengidentifikasi strategi pembelajaran, mengidentifikasi indikator
kinerja, mengumpulkan bukti, dan penilaian. Walaupun tampak operasional,
pernyataan cooper ini lebih mengarah
kepada langkah-langkah asesmen kinerja secara umum.
Klenowski (2002) merumuskan
langkah-lamgkah pengembangan asesmen portofolio, yang dibagi menjadi tiga fase,
yaitu:
1. Fase
1: konseptualisasi portofolio
Fase
ini meliputi pemahaman asesmen perkembangan, kontinum perkembangan, peta
kemajuan, dan acuan patokan. Kemajuan untuk mengembangkan dokumen portofolio
memerlukan waktu dan ditunjukkan oleh akumulasi koleksi karya. Maksud asesmen
perkembangan adalah untuk menilai pencapaian siswa dalam peta kemajuan, kontium
perkembangan, atau seperangkat deskriptor kemajuan untuk mengidentifikasikan
pengalaman belajar yang sesuai dan memonitor belajar siswa. Kegiatan ini di
dalam “ ranah KTSP” mirip dengtan merumuskan pengalaman belajar dan indikator
dari suatu level kompetensi dasar (KD).
2.
Fase dua: Pengembangan
portofolio
Kegiatan dalam fase ini meliputi asesmen formatif, umpan balik, asesmen
kinerja, dan memantapkam validitas. Asesmen formatif terjadi pada selama proses
dan ditujukan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Proses kompleks ini
cenderung berpusat pada guru, dengan guru berperan memberikan umpan balik pada
aspek-aspek spesifik yang ditujukan untuk membantu siswa memperbaiki
kinerjanya. Asesmen kinerja dapat manjadi bagian integral dari karya
portofolio.
3. Fase tiga:
Penilaian portofolio
Kegiatan
dalam fase ini meliputi memastikan reliabilitas, standar, asesmen sumatif, dan
asesmen holistik. Hal yang berkaitan dengan reliabilitas dibahas dalam subbab
tersendiri. Asesmen sumatif berimplikasi pada peninjauan kinerja yang telah
lalu. Di dalam portofolio, asesmen sumatif ditujukan untuk menentukan karya
siswa dibandingkan dengan kriteria target.
Guru dapat mengumpulkan portofolio melalui berbagai
cara. Cara yang akan dipakai harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai, tingkatan siswa dan jenis kegiatan yang dilakukan. Berikut ini adalah
model portofolio IPA SD yang berisi contoh pekerjaan siswa.
1. Hasil ulangan
2. Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan
sederhana.
3. Gambar-gambar dan laporan lisan,
4. Produk berupa hasil pekerjaan proyek
5. Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa
6. Respon terhadap pertanyaan open-ended atau
masalah pekerjaan rumah
7. Salinan piagam penghargaan
Selanjutnya contoh-contoh pekerjaan tersebut
disimpan dalam satu tempat khusus (file folder) untuk setiap siswa. Ketika
diperlukan, portofolio siswa dapat dengan mudah digunakan. Kejujuran siswa
dalam melaporkan rekaman dan dokumentasi belajarnya serta kejujuran guru dalam
menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati meruapkan
syarat dilaksanakannya asesmen portofolio.
Adapun bentuk-bentuk asesmen portofolio diantaranya
sebagai berikut:
a. Catatan
anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian
mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran.
Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar
rekaman kejadiaannya.
b. Ceklis
atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan
perkembangan yang hendak dicapai siswa.
c. Skala
penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa.
d. Respon-respon
siswa terhadap pertanyaan.
e. Tes
skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah
pengajaran dilakukan, misalnya siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya :
tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.
Jenis bukti yang dikumpulkan dalam portofolio
bergantung pada tujuan penyusunan portofolio itu sendiri. Misalnya di kelas I
SD siswa belajar sains dengan beberapa kompetensi diantaranya siswa mengenal
anggota tubuh manusia melalui pengamatan gambar, siswa mengetahuai fungsi
masing-masing anggota tubuh serta siswa mampu mengidentifikasi cara memelihara
kesehatan anggota tubuh. Untuk mengumpulkan bukti bahwa siswa telah menguasai
ke tiga kompetensi tersebut, jenis portofio yang harus dikumpulkan harus mengacu
pada ketiga kompetensi tersebut. Misalnya laporan lisan siswa tentang
kebiasaanya mengosok gigi di rumah merupakan bukti kompetensi ketiga.
Terdapat
3 langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:
a. Tahap persiapan yang meliputi:
1. Menentukan jenis portofolio yang
akan dikembangkan.
2. Menentukan tujuan penyusunan
portofolio.
3. Memilih kategori-kategori
pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio.
4. Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan
dimasukkan dalam portofolio.
5. Guru mengembangkan rubrik untuk menyekor
pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria penilaian yang menjadi patokan dlam
menentukan kualitas portofolio. Rubrik dapat disepakati bersama oleh guru dan
siswa.
b. Mengatur portofolio
Portofolio diatur sesuai kesepakatan selama satu
semester. Siswa harus diinformasikan bahwa semua tugas atau beberapa tugas
tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan
dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir
sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing. Portofolio dapat disimpan di
dalam folder khusus untuk setiap siswa. Setiap bukti pekerjaan siswa yang masuk
dan telah dipilih diberi tanggal.
c. Pemberian nilai akhir portofolio.
Bagian akhir yaitu menilai portofolio yangtelah
lengkap. Asepek yang dinilia meliputi isi portofolio, dan kelengkapan
portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama pengembang dan perencana (siswa
dan guru), daftar isi serta refleksi diri.
Isu-isu
Teknis tentang Portofolio
1.
Validitas Portofolio
Validitas
dalam asesmen portofolio mengacu kepada bukti yang tersedia untuk interpretasi
asesmen dan konsekuensi potensial dalam pemanfaatan asesmen (Klenowski, 2002). Semua asesmen pada
dasarnya berdasarkan sampling perilaku atau kinerja yang
digunakan untuk generalisasi ke ‘semesta perilaku’ (Nuttal, dalam Klenowski, 2002). Sampling perilaku
ini pada akhirnya bergantung pada asesor/guru, sehingga hal ini menjadi titik
kritis validitas asesmen, termasuk asesmen portofolio. Dikaitkan dengan
istilah-istilah validitas yang umum, Nitko
(dalam Klenowski, 2002) menyatakan sebagai berikut :
a.
Validitas isi di dalam portofolio
antara lain ditunjukkan apakah karya di dalam portofolio searah dengan tujuan
pembelajaran.
b.
Validitas konstruk di dalam
portofolio antara lain ditunjukkan, apakah karya di dalam portofolio
mencerminkan keterampilan yang sesuai dengan konstruk keterampilan. (Sebagai
contoh, keterampilan pemecahan masalah memiliki konstruk yang berbeda dengan
keterampilan komunikasi).
c.
Validitas kriteria menunjukkan
seberapa baik korelasi atau prediksi pengukuran kriteria eksternal dengan fokus
asesmen. Friedman et al (2001)
menyatakan bahwa kekuatan asesmen portofolio adalah asesmen portofolio memiliki
kekuatan validitas prediktif, yakni menunjukkan kekuatan untuk memprediksi
kinerja atau profesionalitas selanjutnya.
2.
Reliabilitas Portofolio
Esensi dari
reliabilitas portofolio adalah apakah hasil asesmen dari portofolio serupa
masih sama jika dilakukan oleh dua orang asesor. Garret et al. (2003), setelah
menganalisis bahwa berbagai penelitian yang ada masih memfokuskan pada
bagaimana menerapkan
asesmen alternatif dan dampak asesmen alternatif, merumuskan dasar
metodologi untuk proses establishing dan refining sistem
penskoran asesmen alternatif untuk skala
luas, dengan memfokuskan pada reliabilitas asesmen portofolio. Garret et al. (2003) merumuskan
enam kriteria untuk penskoran portofolio yang reliabel, yaitu :
1.
Penskoran harus terjadi pada kondisi
yang sama.
2. Kriteria
yang spesifik, dibuktikan oleh rubrik penskoran, harus dipahami dan
digunakan.
3. Contoh-contoh
harus tersedia untuk tiap tingkat skala penskoran.
4. Pengecekan
berkala untuk reliabilitas harus dilakukan.
5. Penilaian
multipel harus digunakan dalam penskoran.
6. Pencatatan
akurat dan evaluasi proses harus dilakukan untuk memonitor hasil-hasilnya.
Kekurangan dan Kelebihan Portofolio
Konteks asesmen berkenaan dengan portofolio (Stiggins, 1994: 422):
Tujuan: dokumen peningkatan/kemajuan siswa selama satu
satuan waktu. Hakekat
hasil belajar: pengetahuan, penalaran, keterampilan,
produk, dan/atau afektif perlu dinyatakan dalam portofolio yang mengarahkan
siswa untuk mengumpulkan
sampel pekerjaannya. Fokus
bukti: menunjukkan perubahan performan/kinerja siswa dari
waktu ke waktu atau
status dalam satu aspek tertentu pada waktunya.
Rentang waktu: Apabila kemajuan siswa menjadi
fokus, perlu ada pembatasan waktu (satu bulan, satu semester).
Hakekat bukti: Jenis bukti apa yang akan digunakan
untuk menunjukkan kemampuan
siswa (tes, sampel pekerjaan, hasil observasi).
Kelebihan
portofolio :
a.
memungkinkan pendidik
mengaseskemampuan siswa untuk membuat, menulis, menghasilkan berbagai tipe
tugas akademik.
b. memungkinkan
guru menilai keterampilan atau kecakapan siswa.
c. mendorong
kolaborasi (komunikasi dan hubungan) antara siswa dan guru.
d. memungkinkan
guru mengintervensi proses dan menentukan di mana dan bilamana guru perlu
membantu.
Kelemahan
Portofolio :
a.
memerlukan waktu yang relatif
panjang dan segera.
b. guru harus
tekun, sabar, dan terampil.
c. tidak ada
kriteria yang standar
Walaupun tidak adanya kriteria yang standar dalam asesmen portofolio,
tetapi ada komposisi tertentu yang menjadi kuncinya, terutama untuk asesmen portofolio di dalam kelas (Popham, 1995). Guru perlu meyakinkan
dirinya bahwa siswa memiliki portofolionya sendiri. Guru juga perlu menentukan
jenis sampel karya yang akan dikumpulkan. Setelah terkumpul sampel karya siswa
perlu disimpan di tempat yang khusus. Selanjutnya guru bersama siswa memilih
kriteria untuk menilai sampel karya portofolio. Dalam penilaian hendaknya
diutamakan siswa yang menilai karya mereka sendiri secara sinambung. Yang tidak
kalah pentingnya adalah menjadwal dan melaksanakan kegiatan seminar. Terakhir,
sebaiknya orangtua siswa dilibatkan dalam proses asesmen portofolio.
Dalam
penggunaan portofolio hendaknya dipertimbangkan beberapa hal :
Ø Pertama, hargai
kepemilikan siswa terhadap hasil karyanya.
Ø Kedua, siswa
(secara perorangan) serta guru bersama-sama memilih sampel karya siswa dalam
konteks kelas yang mendukung minat siswa, pengambilan keputusan dan kolaborasi.
Ø Ketiga, undanglah
orangtua untuk terlibat dalam proses portofolio, atau tetap adakan kontak
dengan mereka tentang kegiatan-kegiatan yang sedang dan telahberlangsung dalam
proses portofolio melalui buletin atau berita sekolah.
Ø Keempat, upayakan
ada kegiatan diskusi untuk memantapkan tampilan portofolio, dengan cara
memberikan masukan yang sifatnya memberi saran, bukan menilai, dalam hal
menemukan atau memunculkan keunikan atau keunggulan karya mereka.
Ø Kelima, diskusikan
unsur-unsur lain yang mungkin ditampilkan dari karya mereka agar mereka yakin
bahwa karya mereka layak untuk ditampilkan secara bertanggungjawab dan
membanggakan.
Ø Keenam, hendaknya
siswa dibantu dalam memilih karya mereka untuk dipamerkan.
Ø Ketujuh, mintalah
siswa untuk memberikan alasan mengapa mereka memilih karya tertentu mereka
untuk dipamerkan atau ditayangkan dengan cara menuliskannya dalam kartu-kartu
laporan secara teratur (periodik) untuk dapat dirujuk apabila akan diperbaharui
atau direvisi.
Ø Kedelapan, adakan
waktu untuk mereviu portofolio oleh gurur sendiri, catat kekuatan dari
masing-masing portofolio.
Ø Kesembilan, perbaharui
portofolio yang ada secara berkala, siswa dilibatkan untuk membandingkan,
menganalisis, dan memilih dengan berhati-hati dan berdasarkan pertimbangan yang
dapat dipertanggung-jawabkan.
Ø Kesepuluh, siswa
mendapat kesempatan untuk mendiskusikan dengan siswa lainnya dalam pertemuan
yang dijadwal, atau bahkan digelar dalam forum yang lebih luas (pameran).
Ø Terakhir, gunakan
portofolio dalam diskusi bersama orangtua, dan pihak pengambil keputusan
tentang kemajuan dan perkembangan potensi siswa.
Dengan segala keunggulan dan keterbatasannya asesmen
portofolio dapat diberdayakan sebagai alternatif untuk mengases kemajuan siswa
dalam beberapa aspek, bukan hanya aspek pengetahuan atau penguasaan materi
pelajaran. Selain itu asesmen portofolio merupakan bagian yang terpadu dari
pembelajaran, tidak terpisah. Salah satu keunggulan asesmen portofolio yang
sangat potensial untuk diterapkan dalam pembelajaran (IPA) di SD adalah "self
assessment". Melalui program yang direncanakan dengan baik guru
mengembangkan kemampuan mereka untuk mengases kemajuan mereka sendiri. Dengan
demikian mereka dapat menggunakan kemampuan mereka untuk memperbaharui
penguasaan materi dan kemampuan mereka dengan mereka sendiri aktif mencari dari
berbagai sumber. Kemampuan ini sangat penting untuk dikembangkan baik bagi
mereka sendiri maupun bagi kepentingan siswa yang menjadi tanggung jawab
mereka. Dengan menggunakan asesmen portofolio, guru sebagai fasilitator
juga akan termotivasi untuk terus secara aktif meng"update" dan
meng"upgrade" kemampuannya, karena asesmen portofolio memang sudah
sejak beberapa tahun terakhir ini dianjurkan dengan sangat untuk diterapkan di
sekolah dasar. Apabila guru dituntut untuk dapat menerapkan pembelajaran
portofolio (yang melibatkan asesmen portofolio) dan menerapkan asesmen
portofolio, maka sudah sepatutnya mereka memberdayakan diri untuk memberi
contoh pada mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab mereka. Pelajaran IPA sangat
memungkinkan guru SD untuk memberdayakan kemampuan dan potensi siswa untuk
mengungkap gejala alam yang diobservasi melalui berbagai bentuk asesmen.
Pelajaran IPA sangat memungkinkan guru SD untuk memberdayakan kemampuan dan
potensi siswa untuk mengungkap gejala alam yang diobservasi melalui berbagai
bentuk asesmen. Selanjutnya untuk mempertahankan kondisi belajar peserta didik
agar mereka terdorong untuk mau belajar, perlu diperhatikan adanya kondidsi
eksternal dan kondisi internal yang akan mempengaruhi prroses belajar. Selain
itu peserta didik perlu diberi kesempatan untuk beraktivitas atau belajar
dengan cara melakukan tugas-tugasnya (learning by doing) melalui tugas-tugas
yang relevan dengan tujuan belajarnya.
Contoh
Implementasi portofolio
Mata Pelajaran :
Sains
Kelas/Semester :
I (tiga)/gasal 2012
Sekolah :
SD N 02 Salatiga
Langkah-Langkah
Penyusunan Portofolio
a. Persiapan,
meliputi:
1. Menentukan
jenis portofolio yang akan dikembangkan yaitu portofolio individu.
2. Menentukan
tujuan penyusunan portofolio yaitu mengetahui gambaran perkembangan pemahaman
siswa tentang sains, mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, serta
mengetahui perkembangan kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas sains.
3. Memilih
kategori-kategori pekerjaan yang akan dijadikan dokumen bukti portofolio,
misalnya hasil tes formatif, hasil observasi guru tentang aktivitas belajar,
hasil pengamatan guru tentang kemandirian, hasil wawancara guru dan sebaginya.
4. Meminta
siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio.
5. Guru
mengembangkan rubrik untuk menyekor pekerjaan siswa. Rubrik merupakan kriteria
penilaian yang menjadi patokan dalam menentukan kualitas portofolio.
6. memutuskan
bagaimana menilai portofolio yang sudah lengkap dan terorganisasi dengan baik
(nilai akhir portofolio).
b.
Mengatur Portofolio.
Siswa mengumpulkan dan mengkoleksi portofolio selama
satu semester. Tugas-tugas yang akan dijadikan bukti dalam portofolio
dimasukkan dalam file folder. Setiap bukti yang dikumpulkan harus diberi tanggal.
Selanjutnya siswa menata dan mengorganisir tugas-tugas yang sudah terkumpul.
Untuk kelas satu langkah ini dapat dibantu oleh guru.
c. Memutuskan bagaimana portofolio tersebut dinilai.
Penilaian akhir portofolio meliputi isi yang mengacu pada rubrik yang telah
dibuat.
Tes Formatif
Pilihlah salah
satu jawaban yang paling tepat!
1.
Apakah yang ditekankan dalam assesmen portofolio ?
a. Kumpulan hasil karya atau prestasi siswa
b.
Gabungan kinerja guru dan siswa
c.
Kumpulan hasil penilaian KBM
d.
Gabungan hasil tes kognitif dan tes kinerja
2.
Manfaat penerapkan asesmen portofolio kecuali…
a.
dapat menentukan bentuk dan cara remediasi pada siswa
b.
dapat membandingkan pekerjaan antara siswa dengan siswa lain
c.
mendorong siswa untuk berani membuat keputusan dan percaya diri
d.
menjadikan siswa merasa dihargai.
3.
Pihak-pihak yang menentukan kriteria penialian portofolio adalah
a.
kepala sekolah dan guru
b.
guru dan siswa
c.
guru dan orang tua
d.
orang tua dan kepala sekolah
4.
Tugas siswa ketika diterapkan asesmen portofolio adalah
a. merancang jenis dan jumlah portofolio yang harus
dikumpulkan
b. menentukan nilai akhir portofolio
c. menginformasikan penilain portofolio kepada orang
tua
d. membuat dan mengumpulkan bukti-bukti untuk portofolio
5.
Tahap persiapan yang harus dilakukan guru apabila akan menerapkan asesmen
portofolio
adalah....
a. Menentukan
nilai akhir portofolio yang akan dikembangkan.
b. menginformasikan
tugas-tugas yang akan dijadikan bukti dalam portofolio kepada siswa.
c.
Menginformasikan hasil portofolio kepada yang berkepentingan
d.
Mengembangkan rubrik penilaian
6.
Persamaan asesmen portofolio dan tes adalah
a.
keberpihakan kepada siswa
b.
waktu pelaksanaan di sepanjang KBM
c.
keterlibatan siswa dalam penialian
d.
menilai hasil belajar siswa
7. Bukti-bukti portofolio untuk menilai aspek
kemampuan menulis siswa kelas VI dalam mata pelajaran IPA yaitu….
a.
Hasil ulangan
b.
Uraian tertulis hasil kegiatan percobaan sederhana.
c.
Gambar-gambar dan laporan lisan,
d.
Produk berupa hasil pekerjaan proyek
8.
Bukti-bukti portofolio untuk menempatkan siswa dalam kelas remediasi adalah
a.
Hasil tes skrining
b.
Catatan anekdotal
c.
Gambar-gambar dan laporan lisan
d.
Produk berupa hasil pekerjaan proyek
9.
Bukti-bukti portofolio untuk menentukan status siwa bermaslaah dalam pergaulan
adalah
a.
Catatan anekdotal mengenai perilaku siswa
b.
Ceklis atau daftar cek,
c.
respon-respon siswa terhadap pertanyaan
d.
tes hasil belajar
10.
Menurut Anda, bagaimana seharusnya guru dalam menilai portofolio siswa
a.
membandingkannya dengan portofolio siswa lain
b.
merahasiakan nilai akhir portofolio kepada siswa
c.
membandingkan pekerjaan siswa sekarang dengan yang lalu
d.
menilai portofolio sesuai nurani guru
Umpan Balik dan
Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban anda dengan Kunci Jawaban Tes
Formatif yang ada di bagian belakang BBM ini. Hitunglah jumlah jawaban anda
yang benar dan selanjutnya gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui
tingkat penguasaan anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
Rumus:
Jumlah jawaban benar
Tingkat
penguasaan = Jumlah jawaban anda yang benar X 100%
10
Arti tingkat
penguasaan yang anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = sedang - 69% = kurang
Apabila
anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, anda dapat melanjutkan ke
Kegiatan Belajar 2. Bagus! Apabila tingkat penguasaan anda ternyata masih di
bawah 80%, anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian-bagian
yang belum anda kuasai.
Kunci Jawaban
tes Formatif 1
1. Praktikum
lebih sesuai diases dengan asesmen kinerja. Jawaban yang benar C .
2. Bentuk
daftar cek tersebut mengukur knerja siswa. jawaban yang benar B.
3. Hanya
praktikum yang bisa diukur dengan daftar cek kinerja. Jawaban yang benar C.
4. Kinerja
siswa dapat dilihat dari kerjasama antar siswa dalam mengobservasi dengan
berbagi indera dan membuat bagan hasil pengamatan. Jawaban yang benar C .
5. Bentuk
asesmen yang beragam ukan dengan tujuan keterlibatan banyak orang. Jawaban yang
benar D.
6. Asesmen
kinerja mengukur penampilan siswa. Jawaban yang benar D .
7. Kinerja
yang bentuknya ada atau tidak cukup dinilai dengan menggunakan daftar cek.
Jawaban yang benar B.
8. Kemampuan
komunikasi dan kerjasama akan muncul dan pembelajaran kooperatif. Jawaban yang benar
C .
9. Unjuk
kerja harus diukur dengan asesmen kinerja. Jawaban yang benar A .
10. Latihan
untuk kinerja tidak tepat apabila menggunakan soal. Jawaban yang benar D.